OPERASI KATARAK

APACRS Prinsip-prinsip Petunjuk Teknis Operasi Katarak 5 1.1 Epidemiologi katarak Terlepas dari kemajuan layanan kesehatan pemerintah dan swasta di seluruh belahan dunia, katarak tetap menjadi salah satu penyebab utama dari kebutaan. Menurut data yang didapat dari World Health Organization (WHO), katarak berkontribusi terhadap terjadinya 33% angka kebutaan di dunia. Bahkan, menurut beberapa laporan dari negara-negara di Asia, katarak dan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi merupakan dua penyebab utama kebutaan di sebagian besar negara. Katarak juga merupakan penyebab utama dari gangguan visus di sebagian besar negara pada area regional Pasifik Barat. Namun, pada negara-negara seperti Jepang dan Australia, age-related macular degeneration (AMD) masih merupakan penyebab utama dari kebutaaan. 1 Walaupunprevalensi katarak sulit untuk dirangkumsebagai akibat dari definisi yang bervariasi dan teknik pemeriksaan yang tidak tersdandardisasi, Tanjong Pagar Survey yang dilakukan di Singapura melaporkan bahwa prevalensi katarak didapatkan sebesar 35% pada individu keturunan Tionghoa yang berusia 40 tahun atau lebih.2 Sekitar 20% sampai 30% individu yang berusia 65 sampai 74 tahun akan mengalami kekeruhan lensa selama periode waktu 5 tahun. Menurut U. S. National Health and Nutrition Survey, prevalensi dari penurunan daya lihat (<6/9) pada individu yang berusia 45 sampai 74 tahun adalah 14.7%. 3 Saat ini, operasi katarak merupakan prosedur dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi dan efektif biaya, yang dapat meningkatkan baik daya lihat maupun kualitas hidup dari para pasien. Direkomendasikan oleh WHO bahwa angka tahunan sebesar 350 operasi per 100.000 penduduk merupakan target acuan yang baik untuk mengatasi beban dari kebutaan akibat katarak. Dengan berubahnya paradigma pelayanan kesehatan dan gaya hidup, juga didapatkan adanya perubahan dari penanganan katarak. Visus tidak dapat digunakan sebagai parameter tunggal dalam merencanakan operasi katarak, karena visus dan fungsi tidak selalu berkorelasi. Oleh karena itu, kriteria penanganan yang ada penting untuk ditelaah. PENDAHULUAN 1

RkJQdWJsaXNoZXIy Njk2NTg0